Pages

Crazy Little Thing Called Love III


Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, rasa - rasanya setiap postingan blog saya itu seperti catatan hidup saya atau mungkin janji saya yang tertulis.

Ini adalah cerita penutupnya jika kamu mengikuti bagian - bagian sebelumnya :)

Bukan kegalauan kok ini, cuman risih aja ditanya kapan nikah kapan nikah hehe.


Janji awal
Di bagian pertama saya berjanji untuk melamarnya jika saat saat saya lulus dan kondisinya dia masih single.

Di bagian kedua saya mencoba untuk melupakannya dengan mencari kesibukan - kesibukan yang ada, agar saya tidak berkomunikasi dengan dia.

Saya berusaha menunggu dia, namun tanpa berkomunikasi dengannya. Saya mencoba untuk mempercayai bahwa kalau jodoh itu ga bakal kemana dan melihat apakah dia bisa komitmen untuk single sampai beres kuliahnya. Dia bukanlah perempuan dengan kerudung panjang, namun memakai kerudung.

Waktu berbicara
Waktu kita memasuki kuliah memang sama, yaitu pada tahun 2010, namun dia lulus lebih cepat pada dari saya, kira - kira pada tahun ketiga atau semester VI.

Kondisinya saat itu saya masih beramanah di kampus. Rencana untuk mengambil skripsi pada semester VIII karena ibu saya sendiri di rumah dan mengurus 3 adik yang sudah cukup besar. Maaf ya teman - teman SOL V saya ga bisa ikut teman - teman berkarya di tingkat universitas saat memasuki tahun ke empat kuliah, kalian pokoknya kece badailah yang berkontribusi sampai tingkat universitas.

Kembali ke cerita.
Sembari saya menyelesaikan skripsi di semester VIII, saya pun sedang memikirkan akan bekerja dimana. Namun lagi - lagi Allah ternyata membimbing saya untuk S2 terlebih dahulu sebelum bekerja menjadi pegawai tetap manapun. Kejadian itu pun tidak disengaja karena bertemu dengan tokoh muda Indonesia.

Niat saya bekerja pada awalnya pun untuk mencari nafkah agar bisa melamar dia, namun ternyata beberapa bulan setelah dia lulus. Ada seseorang yang berhasil mengisi hatinya dan akhirnya dia pun berpacaran dengan orang tersebut.

Sakit hati ?
Saya rasa tidak, karena sesuai janji awal yang saya yakini. Kalau memang jodoh, pasti momen disaat saya sudah siap untuk melamarnya, tentu dia masih single, dan mungkin karena pikiran saya berhasil terdistract dari dia dengan kesibukan - kesibukan yang ada. Sehingga saya pun bersikap biasa - biasa aja.

Keluarga
Saya rasa, waktu yang tepat untuk saya sekarang ini adalah mentransfer semua ilmu yang saya dapat selama kuliah ke adik - adik saya. Semoga saja mereka dapat lebih baik dari saya dan tidak mengulangi kesalahan - kesalahan yang saya perbuat.

Mungkin ini sebagai hutang saya karena jarang pulang ke rumah menjelang semester IV. Semoga ini bisa memperbaiki lingkungan terkecil saya, walaupun terhitung agak telat.


Berbicara cinta atau jodoh tentu tidak ada habis dan bosannya, karena memang itu adalah fitrah manusia. Namun saya rasa bukan berarti energi saya harus dihabiskan membicarakan cinta atau jodoh.
Mungkin jika saya melihat sejarah cerita Baiduzzaman Said Nursi, dimana beliau sudah cinta dengan pekerjaanya untuk kebaikan lingkungannya. Saya sangatlah masih jauh.

Semoga dengan kesibukan saya ini, dapat mendekatkan diri saya kepada Allah SWT.

No comments:

Post a Comment