Kejadian ini pasti akan dialami oleh orang yang sedang atau telah menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di salah satu daerah yang diapit oleh 2 gunung. Sebuah daerah yang terkenal dengan tahu nya dan konon katanya di daerah ini lebih banyak ditempati pendatang dibanding penduduk aslinya. Daerah yang udaranya masih sejuk dan sehat mungkin. Hanya saat liburan semesteran saja daerah ini sepi, hehe.
Kejadian ini pasti akan dialami terutama saat hari kerja dan puncaknya adalah ketika menuju jam masuk kerja orang kantor, ya tepatnya dari pukul 07.00 sampai 08.00 WIB. Dikarenakan geografis kampus ini adalah naik seperti gunung, maka kendaraan baik pribadi ataupun umum dibutuhkan di dalam kampus ini untuk menuju lokasi yang dituju, entah fakultasnya atau tempat lainnya.
Untungnya kampus ini menyediakan angkutan umum gratis di dalam kampus yang akan melewati tempat yang dituju. Namun sayang oh sayang, ada beberapa realita yang mungkin menjadi evaluasi bersama. Hal ini bisa dilihat dari subjek dan objek yang melaksanakan, yaitu pengemudi angkot gratis dan mahasiswa pengguna angkot gratis.
Pengemudi angkot
Jam operasi angkot ini mulai dari pukul 07.00 WIB, tetapi sayangnya, angkot ini rata - rata baru mulai beroperasi dari pukul 07.15 WIB dan itu pun belum semua armada beroperasi. Armada pun rata - rata baru lengkap ketika sudah mulai pukul 07.30 WIB.
Hal ini cukup berpengaruh terhadap mahasiswa pengguna angkot gratis, terutama yang sudah menunggu dari pukul 07.00 WIB, dengan harapan tidak perlu berdesak - desakan dengan mahasiswa lain untuk masuk ke angkot gratis. Sayangnya pukul 07. 15 - 08.00 WIB adalah waktu dimana terjadi lonjakan mahasiswa yang menunggu angkot gratis, sehingga disinilah terjadi sikut - sikutan yang cukup sengit. Sangat sayang bagi mahasiswa yang sudah menunggu dari jam 07.00 WIB, tetapi malah dapat angkot gratis ketika sudah pukul 08.00 WIB atau yang lebih parahnya lagi lebih dari itu.
Tak jarang, naik ojek yang berada di dalam kampus adalah solusi praktis agar bisa sampai ke tempat tujuan dalam waktu yang singkat, namun mahasiswa harus mengeluarkan uang sekitar 3000 sampai 5000 rupiah. Jika beruntung akan bertemu dengan temannnya yang membawa motor untuk nebeng ke atas, atau jika sedang tidak punya uang banyak dan butuh jalan pagi, jalan menunuju tempat dituju adalah solusi yang konkrit, hehe.
Mahasiswa penunggu angkot gratis
Mendapatkan sebuah kepastian dari sebuah hal tentu menyenangkan, namun hal ini tidak berlaku jika kamu datang ke tempat menunggu angkot gratis diantara pukul 07.30 - 08.00 WIB, dimana yang dapat adalah yang kuat dan beruntung.
Jangan pernah berharap jika kamu adalah penunggu pertama di shelter, kamu akan mendapatkan hak untuk menentukan kursi dimana kamu duduk, tidak seperti jasa travel di daerah ini, yang mana semuanya serba teratur dan pasti.
Antri pun bukan hal yang pasti dilakukan dalam menunggu angkot gratis ini, karena semua mahasiswa memikirkan dirinya sendiri, mungkin yang terpikirkan dalam hati nya adalah gimana caranya saya bisa sampai, ga peduli ama yang disekeliling saya.
Beruntunglah mahasiswa yang mempunyai kendaraan pribadi, kalian tidak perlu repot - repot berdesakan, dan dapat berangkat ke kampus 10 menit sebelum masuk, karena dengan menaiki kendaraan pribadi, kita dapat mengestimasi waktu fix perjalanan.
Sebuah kebingugan
Memiliki kendaraan pribadi mungkin solusi konkrit jika ingin dapat berangkat ke kampus dengan tenang dan nyaman, namun saya rasa itu bukan solusinya.
Dengan beralihnya 1 orang pengguna angkot gratis menjadi pengguna kendaraan pribadi hanya akan menambah kendaraan dan polusi di dalam kampus.
Padahal salah satu penyebab jalanan di negara ini macet adalah karena bertambahnya volume dan pengguna kendaraan pribadi yang hanya sendiri memakai kendaraannya. Seharusnya baik dari pihak kampus ataupun mahasiswa dapat saling bekerja sama untuk kebaikan angkot gratis ini.
Dari pihak kampus dapat membuat pengawasan kinerja pegawai dengan ketat dan membuat nyaman angkot gratis, serta dari pihak mahasiswa dapat bekerjasama untuk mengantri dan menjaga fasilitas kampus.
Ya, mungkin tulisan ini hanyalah tulisan seseorang yang tidak berani mengungkapannya kepada pihak kampus selama menjadi mahasiswa.
Sebuah tulisan yang dibuat di ketika hari sudah senja diiringi rintik - rintik hujan :)
Memiliki kendaraan pribadi mungkin solusi konkrit jika ingin dapat berangkat ke kampus dengan tenang dan nyaman, namun saya rasa itu bukan solusinya.
Dengan beralihnya 1 orang pengguna angkot gratis menjadi pengguna kendaraan pribadi hanya akan menambah kendaraan dan polusi di dalam kampus.
Padahal salah satu penyebab jalanan di negara ini macet adalah karena bertambahnya volume dan pengguna kendaraan pribadi yang hanya sendiri memakai kendaraannya. Seharusnya baik dari pihak kampus ataupun mahasiswa dapat saling bekerja sama untuk kebaikan angkot gratis ini.
Dari pihak kampus dapat membuat pengawasan kinerja pegawai dengan ketat dan membuat nyaman angkot gratis, serta dari pihak mahasiswa dapat bekerjasama untuk mengantri dan menjaga fasilitas kampus.
Ya, mungkin tulisan ini hanyalah tulisan seseorang yang tidak berani mengungkapannya kepada pihak kampus selama menjadi mahasiswa.
Sebuah tulisan yang dibuat di ketika hari sudah senja diiringi rintik - rintik hujan :)
No comments:
Post a Comment